Analysis Paralysis
Buka Tokopedia. Ketik “Casing Iphone 10”. Muncul puluhan ribu opsi. Filter area Jogjakarta & Sleman. Urutkan yang termurah. Scroll ke bawah, ketemu beberapa toko dengan pembelian lumayan banyak. Chat satu per satu, “Hei, barang ini ready?” dan “Apakah bisa dikirim hari ini?”. Masukkan keranjang atau wishlist. Begitu cek keranjang, amboi! Item yang sama ada 7! Lalu cek satu-satu ongkirnya. Cari yang termurah meski selisihnya cuma seribu-dua ribu. Begitu ketemu dua yang oke, cek lagi etalase tokonya. Barangkali ada item lain yang bisa sekalian dibeli, kabel charger misalnya. Lumayan irit ongkir. Ulangi langkah diatas dari awal untuk mencari barang lainnya. Terus saja. Sampai akhirnya tidak jadi beli karena pusing sendiri.
Punya pengalaman serupa? Makin banyak pilihan, harusnya makin baik. Makin bisa dibanding-bandingkan, harusnya makin baik. Faktanya, justru bikin capek.
Itulah yang disebut analysis paralysis, kebingunan diri karena terlalu menganalisa opsi-opsi yang ada. Tidak jarang, berujung tidak jadi ambil keputusan. Bukannya jadi produktif, justru tidak efektif. Analysis paralysis ini bisa terjadi di berbagai sisi hidup kita dimana kita dihadapkan atas pilihan-pilihan. Belanja online diatas hanya salah satu contohnya.
Konon, analysis paralisys ini terjadi karena kita selalu mengambil langkah maximizing. Artinya, ketika dihadapkan pada pilihan, kita cenderung selalu mencari yang lebih. Meski kadang lebihnya cuma sedikit. Dalam contoh belanja online diatas, kita selalu menggali sedetail mungkin untuk menentukan mana casing hape yang lebih murah, dengan kualitas yang lebih baik, dan ongkir lebih hemat, serta pengiriman lebih cepat. Dengan harapan, casing hape yang nantinya kita beli, itulah yang termurah harganya, terbaik kualitasnya, terhemat ongkirnya dan tercepat pengirimannya. Tentu harapan yang sangat mulia, tetapi menghabiskan terlalu banyak waktu dan perhatian kita. Seringkali, akhirnya kita lelah untuk memutuskan dan tidak jadi bertindak.
Supaya tidak terjebak dalam analysis paralysis, salah satu kiatnya adalah mengambil langkah satisfying daripada maximizing. Artinya, alih-alih mencari yang terbaik, carilah yang cukup memuaskan saja. Dalam hal belanja online tadi, bila barang yang terlihat sudah cukup memenuhi kualitas, harga tidak jauh-jauh beda dari rata-rata & sudah masuk budget, serta jangka waktu kirim tidak lama-lama amat, maka stop mencari lagi. Langsung beli. Hemat waktu, puas hati.
Memang, punya banyak pilihan adalah privilege yang perlu disyukuri. Namun, bila pilihan itu terlalu banyak, kita perlu pintar memilih. Pilih dengan secukupnya saja, lalu lanjutkan hidup.
Urusanmu masih banyak, apalagi pilihan hidupmu.