Catatan Sepekan #12
Halo teman,
Kita mulai dari ujungnya dulu. Pekan ini ditutup dengan menyenangkan. Saya ajak keluarga berolahraga pagi di ruang terbuka hijau terbesar di DIY: GSP & Balairung UGM. Karena pagi ini ada acara persiapan ospek di Lapangan Pancasila, gerbang GSP terbuka lebar. Masyarakat umum yang biasanya dialihkan ke Wisdom Park, pagi tadi bisa masuk juga ke GSP. Ramai, semarak. Menambah semangat untuk sehat.
Sedikit buah renungan. Belakangan saya menyadari bahwa kalau kita sudah berkeluarga dan jadi kepalanya, kita-lah lokomotif keluarga. Apa yang kita lakukan, keluarga kita akan ikuti. Peris seperti gerbong kereta. Kalau anda mulai rajin berolahraga, keluarga akan mulai ikut olahraga. Kalau anda rajin sholat subuh, keluarga juga akan mulai demikian. Begitu juga kalau anda makannya ngawur, keluarga juga condong ke sana. Kita, kepala keluarga, seperti metronom yang menentukan irama kehidupan di keluarga kita. Hanya saja, jangan lupa. Karena sudah punya buntut, fleksibilitas itu penting. Kita tidak bisa terlalu saklek seperti ketika masih sendiri. Jam sekian harus ngerjakan ini, jam berikutnya harus ke sana, pokoknya tidak bisa diutak-atik. Yang begitu tidak akan sustainable. Bagaimanapun, kebahagiaan keluarga selalu di atas segala aktifitas-aktifitas yang kita ingin contohkan. Utamakan itu.
Edisi pekan ini akan membahas Nicolas Cole. Lengkapnya ada di bawah.
Saya tutup dengan meminjam kata-kata anak saya kapanpun ia berpisah dengan orang, "Hati-hati di jalan ya. Semoga sehat-sehat selalu."
Regards,
Rizal
⭐ Yang Menarik Pekan Ini
Bisa dibilang, saya adalah pelanggan tetap konten Ali Abdaal di YouTube. Podcast Deep Dive miliknya cukup sering menemani saya saat berkendara di perjalanan jauh.
Salah satu tamu yang diundang lebih dari 1 kali adalah Nicolas Cole, seorang penulis buku, ghostwriter dan entrepeneur di internet. Karena keduanya sejatinya adalah penulis, obrolan Ali & Cole berpusat pada bagaimana cara sukses menulis di era internet. Berbagai mindset & tips bertebaran di dua episode ini. Salah satu yang cukup menggaet perhatian saya adalah saat Cole bilang, ”Jangan mulai menulis di blog. Mulailah di social media platform yang berbasis tulisan. Misalnya Twitter/X, LinkedIn, Medium, dan Quora.” Cole sendiri dulu memulai karir menulisnya dari Quora dengan menjawab 1 petranyaan per hari selama 1 tahun. Kemudian ia melebarkan jangkauannya ke Medium dan kini Twitter/X.
Menurut Cole, mengapa perlu memulai menulis di social media platform adalah karena di sana sudah tersedia jutaan user yang siap mengkonsumsi tulisan-tulisan kita. Sebaliknya di blog, meninjam kata-kata Cole, yang tahu paling banter hanya ibumu dan anjingmu. Sedikit, bahkan mendekati nol. Dengan banyaknya user di social platform, feedback akan mudah dan banyak diperoleh. Baik berupa likes ataupun comment. Sehingga kita sebagai penulis bisa mengumpulkan begitu banyak data untuk terus meneruskan yang responnya baik, memperbaiki yang responnya kurang baik, dan bahkan meninggalkan yang tidak direspon orang.
Alasan terbesar kedua adalah social media platform ingin user mereka tetap berada di sana. Caranya, algoritma akan menyodorkan konten-konten ke user-user baru yang bisa jadi minat, termasuk tulisan kita di sana. Sehingga meski dengan follower sedikit pun, tulisan kita tetap mampu menjangkau lebih banyak orang, yang pada akhirnya akan mempercepat feedback loop tadi.
Jadi, mulai pekan ini saya akan coba rutin menulis di Medium terlebih dahulu. Twitter terlalu ‘ganas’ untuk pemula dengan mental tempe gembus seperti saya. Salah-salah nulis di sana, belum apa-apa sudah mutung karena ujaran kebencian. Haha.
Podcast Ali & Cole dapat disimak di sini dan sini.
💬 Quote Pekan Ini
Mumpung sedang membahas Nicolas Cole, ada 1 tweet-nya yang bagus banget. Saya rasa ini tidak hanya berlaku dalam hal belajar menulis, tapi dalam mengasah dan mengusahakan apa saja.