Fokus

Fokus
Photo by Devin Avery / Unsplash

Salah satu kesukaan saya dari bekerja di perusahaan multi-nasional adalah menyimak komunikasi dari head office yang ada di US sana. Satu dari sekian bentuknya adalah forum Quarterly Townhall Meeting yang digelar daring secara rutin. Malam ini adalah salah satunya.

Kebetulan pimpinan divisi saya di tingkat global sedang berganti. Orang baru yang mengisi posisi tersebut baru ada di sana selama 45 hari. Sehingga malam ini adalah kesempatannya berkenalan. Salah satu slide dari presentasinya menjelaskan tentang nilai-nilai yang ia pegang. Satu yang cukup menggelitik saya adalah we can do anything, but not everything.

Bagian pertama, we can do anything, saya yakin anda sering mendengarnya. Apalagi menjelang pemilu seperti sekarang. Caleg milenial yang gemar jargon-jargon bahasa Inggris kerap menggunakannya. Sering juga kita dengar pada sebuah lirik lagu, yang temanya cuma dua: sejoli yang sedang jatuh hati atau persahabatan. "We can do anyyyythiiiiiing."

Namun, kita jarang mendengar penggalan berikutnya, but not everything, setidaknya oleh saya. Padahal ini bagian yang cukup penting, atau bahkan sangat penting. Karena bagian ini mengingatkan kita pada satu hal: fokus.

Dari KBBI online milik Kemendikbud, salah satu arti kata fokus adalah memusatkan perhatian. Kata AS Laksana dalam salah satu materi kelas menulisnya, kalau bisa fokus kita bisa melakukan satu hal dengan sangat baik. Dimana kita fokus, disitulah kita menjadi.

Ada juga cara lain memaknai fokus. Kata Pandji Pragiwaksono, fokus bukan berarti memilih satu hal saja untuk dikerjakan, sebab fokus boleh beberapa. Menurutnya, fokus justru soal tahu mana hal yang tidak perlu sehingga tidak usah dikerjakan. Misalnya, anda sedang fokus memperbaiki kesehatan anda dan ingin memulainya dari kualitas tidur. Maka anda harusnya tahu bahwa scrolling Tiktok jam 11 malam itu tidak perlu. Nah, fokus adalah tahu hal itu dan kemudian meninggalkannya.

Di zaman yang penuh dengan distraksi serta serba cepat ini, fokus rasanya jadi barang yang langka untuk kita punya. Ada perasaan fear of missing out atau merasa takut ketinggalan ketika memisahkan smartphone dari tangan meski cuma sebentar. Padahal otak kita juga capai memproses itu semua. Kapan hari saya membaca soal pentingnya membuat otak kita merasa bosan, supaya pikiran kita istirahat dan menata apa yang ia konsumsi kemudian menghasilkan sesuatu yang kreatif. Untuk ini, saya pernah mencoba untuk tidak membuka handphone sebelum jam 6 pagi. Kemudian, saya mengatur sleep profile otomatis aktif sejak jam 10 malam, sehingga tampilannya menjadi hitam-putih dan tidak menarik. Notifikasi diam tak berbunyi dan hanya beberapa nomor terseleksi yang masih bisa membunyikan dering telepon.

Fokus sangat diperlukan. Untuk apapun. Anda makan saja kalau tidak fokus, akan belepotan (seperti anak saya). Mandi kalau tidak fokus, tidak akan bersih. Apalagi resolusi awal tahun untuk turun berat badan. Belum lagi keinginan belajar bahasa asing. Semua perlu fokus dan kita perlu menjaga fokus itu ada terus. Agar tujuan dan keinginan kita dapat tercapai.

Kalau anda, sekarang sedang fokus apa?