Guru yang Menginspirasi

Guru yang Menginspirasi
Photo by Kenny Eliason / Unsplash

Kemarin saya menonton salah satu episode podcast Endgame dari Pak Gita Wirjawan. Episode sebelumnya yang saya tonton sampai selesai adalah obrolannya dengan Dr. Omar Suleiman, seorang imam dan da’i di Amerika Serikat. Setelah pilih-pilih, saya putuskan mendengarkan episode ini.

Saya tertarik dengan episode ini karena Pak Gita biasanya ketemu tokoh-tokoh ekonomi dan sosial, tapi kali ini tiba-tiba kimia. Sesuatu yang sangat dekat dengan saya pribadi semenjak mengenalnya pertama kali di bangku SMA hingga saat ini di dunia kerja. Tamu episode ini adalah Sir Martyn Poliakoff CBE, profesor bidang kimia di University of Nottingham, yang dikenal lebih luas karena video-videonya di kanal YouTube 'Periodic Videos.’

Yang saya tangkap pertama kali adalah dasi Sir Martyn yang bertuliskan unsur-unsur kimia. Natrium, Magnesium, Silicon, Iron dan seterusnya tampak dalam notasi singkatnya. Cinta benar orang ini dengan kimia. Dosen kimia saya dari Fakultas MIPA yang pada setiap kuliah selalu berkata, “Life is chemistry” pun tidak pernah pakai dasi macam ini.

Terus terang saya belum selesai menontonnya. Tapi sudah ada hal menarik yang disampaikan Sir Martyn. Salah satunya adalah tentang guru, khususnya guru kimia.

But it's an interesting thing that if we ask either our students here or senior chemists in industry or academia why they became chemists, most of them say because they had an inspirational teacher

Bagi saya, guru itu adalah ibu Wazanati Affandi, atau kondang dipanggil Bu Zan. Beliau guru kimia saya saat SMA. Badan boleh kecil tapi suara lantang bukan main. Semua murid waijb menghafal tabel periodik dengan bantuan jembatan keledai seperti Hari Libur Nasional Kita Rabu Camis Friday untuk golongan I-A yang berisi unsur H (Hidrogen), Li (Lithium), Na (Natrium), K (Kalium), Rb (Rubidium), Cs (Caesium), dan Fr (Fransium). Atau Bebek Mangan Cacing Seret Banget Rasane untuk golongan II-A yang berisi unsur Be (Berilium), Mn (Mangan), Ca (Calcium), Sr (Stronsium), Ba (Barium), dan Ra (Radium). Untuk urusan tabel periodik ini beliau galak benar. Harus hafal seratus persen dengan toleransi nol persen. Setelah saya ingat-ingat kembali, memang pelajaran kimia SMA (dan soal-soalnya) selalu bermuara di tabel periodik. Maka pantas Bu Zan ngotot betul. Barangkali menurut beliau, hafal tabel periodik adalah setengah jalan menuju mahir kimia. Atau setidaknya, bagi sebagian teman yang kurang suka kimia, hafal tabel ini adalah jalur selamat selama di kelas bu Zan.

Konon, bahan bakar belajar paling tokcer adalah minat. Bu Zan sukses menanamkan itu pada saya. Bisa jadi kelewat sukses, sebab saya berujung dipilih ikut tim olimpiade sekolah untuk mata pelajaran kimia. Lebih jauh lagi, saya memutuskan mengambil jurusan Teknik Kimia saat kuliah (meski ternyata kimianya tidak banyak, justru dominan fisika dan matematika. Ha!). Dan sudah tentu, jurusan tsb mengantar saya kerja di bidang kimia hingga saat ini.

Sungguh, betapa besar peran guru yang passionate sampai bisa mengarahkan hidup seseorang. Seperti kata Sir Martyn, saya yakin anda pasti juga punya ‘bu Zan’ versi anda sendiri. Mungkin bukan kimia, mungkin sejarah, ekonomi atau lainnya. Yang pasti, untuk para guru, salam hormat. Jadilah inspirasi!