Ketakutan dan Kekhawatiran

Ketakutan dan Kekhawatiran
Photo by Fernando @cferdophotography / Unsplash

Anda tahu Simon Sinek?

Saya mendengar namanya pertama kali saat menonton rekaman TED talk nya tentang teori Golden Circle yang kurang lebih menekankan soal pentingnya menemukan Why/ purpose bagi seseorang maupun bagi sebuah perusahaan. Kebetulan saat itu saya sedang gandrung dengan Apple dan Steve Jobs, sampai-sampai mampu melahap buku biografinya yang tebal itu. Dan Golden Circle nya Simon ini menggunakan Apple sebagai salah satu contoh kasusnya. Saya menyimak video tersebut sambil mengangguk-angguk dan berkata dalam hati,"bener juga ya."

Saat ini, Simon Sinek dikenal sebagai seorang pembicara dan juga penulis buku. Dia telah menulis 3 buku yang berjudul Start with Why, Leaders Eat Last, dan The Infinite Game. Dia juga punya podcast dengan judul  A Bit of Optimism.

Nah, di salah satu episode podcastnya, Simon menggundang Scott galoway, seorang dosen dan penulis buku. Salah satu obrolan yang cukup membekas dalam episode itu adalah soal fear (ketakutan) dibanding anxiety (kerisauan/ kekhawatiran).

Dengan perumpamaan pendakian gunung, Simon menggambarkan perbedaan diantara keduanya. Fear adalah: "Oh, ada ular di sana, lari!" Sementara anxiety: "Aku tidak mau naik gunung karena khawatir bisa saja ada ular." Kata Simon selanjutnya, anxiety (ketika tidak berlebihan) menuntun kita untuk lebih bersiap. Misalnya dengan membawa tongkat untuk mengusir ular, menyuntikkan obat anti bisa ular dan lainnya. Anxiety juga seluruhnya berdasarkan what if scenario, bukan real scenario.  

Saya cukup setuju dengan Simon. Di kuliah saya dulu di teknik, saat merancang sebuah peralakami diminta memperkirakan worst case scenario dan diminta pula memberikan safety factor untuk semua desain unit operasi kami. Supaya mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk.

Agaknya, membedakan mana ketakutan dan mana kerisauan/ kekhawatiran itu penting. Ketakutan itu lebih natural dan sulit diubah. Tapi kekhawatiran/ kerisauan, sifatnya belum terjadi dan seharusnya bisa diminimalisir atau bahkan 'dimanfaatkan' dengan membuat persiapan-persiapan. Dan konon, dengan bersiap, kita sudah setengah jalan dari keberhasilan.