Membangun Otak Kedua
Menyambung postingan sebelumnya yang menekankan soal kebiasaan mencatat apapun, saya menemukan satu tips yang bagus di internet. Namanya building a second brain.
Saya mendengar istilah ini pertama kali dari Tiago Forte. Saat masih kuliah, ia menderita sakit yang tak seorang dokter pun tahu penyebabnya. Karena tidak tahan atas rasa sakitnya, ia memutuskan mengikuti petunjuk neurologist untuk mengkonsumsi obat carbamazepine, yang umumnya diberikan ke penderita scizhoprenia. Awalnya terasa seperti orang mabuk, mengawang-ngawang. Hingga suatu saat ia merasakan ada efek samping yang serius: ia mulai kehilangan ingatan jangka pendeknya. Kejadian-kejadian dan obrolan-obrolan menghilang dari ingatannya.
Di titik ini Tiago mulai menyadari, bahwa otaknya butuh bantuan dari luar tubuhnya untuk membantunya mengingat. Persis seperti orang bermata minus yang butuh kacamata. Atau orang yang berkurang daya dengarnya butuh alat bantu dengar. Bagi Tiago, bantuan itu berupa catatan. Namun, tak seperti cara lama dengan pena dan kertas, Tiago menggunakan software/ aplikasi lantas memaksimalkan potensinya hingga jadi seolah-olah ingatan kedua, otak kedua.
Bila diibaratkan komputer, otak kita adalah processor yang brilian. Namun, ia bukan hardisk yang baik. Kita mudah saja merunut logika, menyimpulkan sebab-akibat & merumuskan solusi dari masalah. Tapi soal memori, kita seringkali lupa, sulit mengingat nama orang & kejadian serta lain sebagainya. Maka ada baiknya tugas menyimpan memori ini kita perbantukan saja ke aplikasi pencatat digital (digital note-taking app). Beberapa yang populer antara lain: Evernote, Notion, Roam, Microsoft OneNote, dan masih banyak lagi.
Kelebihan menggunakan berbagai aplikasi ini adalah kita bisa cari informasi secara cepat dari tumpukan catatan itu hanya dengan menggunakan fitur search. Keuntungan berikutnya adalah banyak aplikasi jenis ini yang sudah mendukung cross devices. Misalnya mendadak ada ide muncul di pikiran kita, kita catat segera telepon genggam kita. Kemudian jika sudah ada waktu, kita bisa dengan mudah membukanya di laptop. Cocok sekali bagi kita yang rata-rata pasti punya satu handphone dan satu laptop.
Saya sekarang memakai Notion karena mendukung unlimited device. Di telepon gengam ada aplikasinya dan di laptop tinggal login di situsnya. Dulu saya pakai Evernote tapi versi free dibatasi hanya dua perangkat saja.
Tiago mengajarkan teknik building a second brain ini lewat kelas daring. Peminatnya luar biasa banyak. Tahun lalu, dia juga menulis buku dengan judul yang sama.
Bagi anda yang ingin tahu lebih lanjut, simak Tiago saat mengisi acara Talks at Google ini atau ketik saja namanya di Youtube.
Berminat mencoba?