Rubrik Baru: Belajar tentang Perubahan Iklim dan Lingkungan

Rubrik Baru: Belajar tentang Perubahan Iklim dan Lingkungan
Photo by Markus Spiske / Unsplash

Kemarin saya ngobrol dengan tetangga depan rumah. Beliau termasuk salah satu penghuni pertama perumahan sejak tahun 90-an. Beliau cerita bahwa dulunya sekitar perumahan kami ini adalah kebun. Salah satu tanamannya adalah kopi.

Kopi? Saya kaget. Ini di seputaran ringoad utara Jogja, lho. Masa iya ada kopi? Bukannya disini panasnya bukan main?

Kata beliau, dulu daerah perumahan ini dingin, sehingga tanaman kopi bisa tumbuh. Memang, kontur Jogja adalah tinggi di utara lalu makin menurun ke selatan. Saat menceritakan rumah asalnya yaitu di daerah dekat Tugu Jogja, beliau pun bilang ‘turun ke bawah’. Semacam ungkapan untuk turun gunung dalam arti yang serupa.

"Tapi sekarang panas banget, Mas." kata beliau.

Kalau kita coba baca data, memang suhu bumi secara umum naik dari masa ke masa. Kita bisa lihat di bawah ini, pergerakan suhu rata-rata bumi makin menanjak. Harus diakui bahwa kegiatan umat manusia berperan serta dalam kenaikan ini.

Source: Our World in Data 

Suhu yang naik ini bukan cuma bikin gerah badan kita, tapi juga bumi ini. Dampaknya apa? Iklim berubah. Gelombang panas luar biasa. Kekeringan. Cuaca makin ekstrim. Kalau hujan, deresnya minta ampun. Kalau panas, hwaduh panasnya ngentang-ngentang. Ini juga berpengaruh ke hidup hewan-hewan di lautan, mencairnya es di kutub, dan masih banyak lagi efek negatif dari kenaikan suhu yang ‘hanya sekedar beberapa derajat ini’. Singkatnya, bumi demam.

Soal isu lingkungan ini, saya sebetulnya sudah lama punya minat untuk menguliknya. Bahkan kalau mau jujur, saya dulu memilih jurusan Teknik Kimia juga berkaitan dengan lingkungan. Alasannya bisa dibilang naif tapi cukup masuk akal, setidaknya menurut saya saat itu. Saya berpikir bahwa lingkungan ini rusak karena dicemari limbah pabrik, maka saya harus tangani tepat dari sumbernya: pabrik. Karena saya lumayan minat mengenai kimia, maka saya masuk teknik kimia, yang memang berfokus pada proses kimiawi sebagai inti dari sebuah pabrik kimia.

Saat memilih tempat kerja pun begitu. Saya mendaftar perusahaan yang visinya adalah menjaga lingkungan, yang salah satu diantaranya adalah air.

Kini saatnya mengeluarkan kata-kata sakti yang saya ulang-ulang belakangan ini: bahan bakar belajar paling tokcer adalah minat. Maka saya berniat akan terus mempelajari soal iklim, lingkungan dan yang berhubungan dengan itu. Berbekal background saya sebagai orang kimia dan orang teknik, mudah-mudahaan itu tidak terlalu sulit.

Rencananya, saya akan membagi apa yang saya pelajari di 1 rubrik baru di blog ini. Saya akan menulis di rubrik tersebut di sela-sela tulisan rutin tiap hari. Semoga konsisten. Apabila anda juga berminat soal lingkungan, perubahan iklim dan rekan-rekannya lalu ingin belajar bersama-sama, silakan bisa subscribe apabila belum.