Strategi Tiga Kata

Strategi Tiga Kata
Photo by Brett Jordan / Unsplash

Untuk meningkatkan mutu tulisan, saya membaca buku Creative Writing karya AS Laksana. Di bagian awal, ada tips yang diberikan supaya kita tidak pernah kehabisan ide, atau lebih tepatnya memulai tulisan. Namanya strategi 3 kata. Detailnya seperti ini: pilih 3 kata secara acak kemudian buatlah 1 paragraf dengan 3 kata itu. Gunakan 1 kata sebagai awal paragraf dan 2 sisanya bebas ditaruh di mana. Strategi ini, menurut penulis, menggunakan kemampuan otak kita untuk membuat hubungan-hubungan antara 3 kata ini. Dan karena kehebatan otak kita, akan muncul tulisan yang tak pernah kita duga dari ketiga kata ini. Bila sudah terbentuk paragraft, kita tinggal mengembangkan & melanjutkan saja.

Tips berikutnya dari buku tsb adalah menulislah dengan cepat. Jangan mengedit berbarengan dengan menulis. Nanti tidak selesai-selesai.

Dengan semangat menghidari sebutan jarkoni (iso ngujari nanging ora iso nglakoni) atau omdo atau NATO (No Action Talk Only), saya coba membuat paragraf secara cepat dengan 3 kata acak, sembari saya menunggu di stasiun pagi ini. Kata tsb adalah Koper, Kacang & Hujan. Hasinya seperti ini, setelah saya edit sedikit.

Koper hitam ukuran 21 inchi itu selalu menemaninya pergi kemanapun. Tono tak mengenal tas jinjing, ransel ataupun kantong plastik. Baginya, koper cukup untuk membawa apa saja, meskipun hingga sekarang, tidak ada yang tahu persis apa isinya. Sayang, kopernya tidak tahan air. Saat hujan, kotak hitam itu bakal basah kuyub di luar dan banjir di dalamnya. Tapi Tono tak pusing-pusing. Kata ibunya, hujan adalah berkah yang wajib disyukuri dengan diterima sebanyak-banyaknya, termasuk ditampung di dalam koper hitam kesayangannya. Selain isi, yang misterius dari koper ini adalah rodanya sudah hilang satu dari empat yang seharusnya ada. Tono tak mengganti roda itu dengan yang baru. Ia meyakini bahwa kehilangan adalah salah satu konsekuensi hidup yang harus diterima dan tak selamanya harus ada gantinya. Itu juga adalah ajaran ibunya. Memang, waktu kecil ia dan ibunya hidup sangat sederhana di desa. Tidak ngoyo dan sewajarnya saja. Tunduk patuh pada takdir dan nrimo ing pandum. Pasrah & ikhlas terhadap segala kondisi hidup. Satu kalimat yang ia ingat betul dari ibunya yang kala itu sedang sibuk di depan tungku sambil meracik sayur, “Lihat ini, Le. Kacang panjang pun harus ikhlas kalau sudah mau dimasak. Ia dipotong jadi pendek dan mengingkari nama yang tersemat padanya. Tapi ia tak pernah protes”

Bagaimana? Meskipun saya tidak terkejut kalau mutunya masih rendah, tapi saya cukup terkejut dengan kerja otak saya. Hasilnya benar-benar tidak pernah terpikir sebelumnya. Strategi 3 kata ini perlu dipakai & dilatih lebih sering, supaya mutu tulisannya meningkat. Practice makes perfect, ya kan?

Silakan Anda coba juga.